Pengertiaan dan Definisi
Menurut Wikipedia : Rekayasa perangkat lunak adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi pengembanganan perangkat lunak dan manajemen kualitas.
Menurut IEEE Computer Society : Rekayasa perangkat lunak sebagai penerapan suatu pendekatan yang sistematis, disiplin dan terkuantifikasi atas pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan perangkat lunak, serta studi atas pendekatan-pendekatan ini, yaitu penerapan pendekatan engineering atas perangkat lunak.
Rekayasa Perangkat Lunak adalah pengubahan perangkat lunak itu sendiri guna mengembangkan, memelihara, dan membangun kembali dengan menggunakan prinsip reakayasa untuk menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja lebih efisien dan efektif untuk pengguna.
Tujuan Rekayasa Perangkat Lunak
Secara lebih khusus kita dapat menyatakan tujuan dan Rekaya Perangkat Lunak ini adalah:
Memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah.
Menghasilkan pereangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu
Menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform
Menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah
Kriteria Dalam Merekayasa Perangkat Lunak
Dapat terus dirawat dan dipelihara (maintainability)
Dapat mengikuti perkembangan teknologi (dependability)
Dapat mengikuti keinginan pengguna (robust).
Efektif dan efisien dalam menggunakan energi dan penggunaannya.
Dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan (usability).
Ruang Lingkup Rekayasa Perangkat Lunak
Software Requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak.
Software desain mencakup proses penampilan arsitektur, komponen, antar muka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak.
Software construction berhubungan dengan detail pengembangan perangkat lunak, termasuk. algoritma, pengkodean, pengujian dan pencarian kesalahan.
Software testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak.
Software maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan.
Software configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Software engineering management berkaitan dengan pengelolaan dan pengukuran RPL, termasuk perencanaan proyek perangkat lunak.
Software engineering tools and methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode RPL.
Rekayasa Perangkat Lunak dan Disiplin Ilmu Lain
Cakupan ruang lingkup yang cukup luas, membuat RPL sangat terkait dengan disiplin dengan bidang ilmu lain. tidak saja sub bidang dalam disiplin ilmu komputer namun dengan beberapa disiplin ilmu lain diluar ilmu komputer.
Keterkaitan RPL dengan bidang ilmu lain
Bidang ilmu manajemen meliputi akuntansi, finansial, pemasaran, manajemen operasi, ekonomi, analisis kuantitatif, manajemen sumber daya manusia, kebijakan, dan strategi bisnis.
Bidang ilmu matematika meliputi aljabar linier, kalkulus, peluang, statistik, analisis numerik, dan matematika diskrit.
Bidang ilmu manajemen proyek meliputi semua hal yang berkaitan dengan proyek, seperti ruang lingkup proyek, anggaran, tenaga kerja, kualitas, manajemen resiko dan keandalan, perbaikan kualitas, dan metode-metode kuantitatif.
Modul Enterprise Resource Planning (ERP)
Latar Belakang
Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto adalah aplikasi
yang dapat mendukung transaksi atau operasi sehari-hari yang berhubungan
dengan pengelolaan sumber daya sebuah perusahaan, seperti dana, manusia,
mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas. Sistem ERP dibagi atas beberapa sub-sistem yaitu sistem Financial, sistem Distribusi, sistem Manufaktur, sistem Maintenance dan sistem Human Resource.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ERP dapat membantu sistem operasi bisnis
kita, mari kita perhatikan suatu kasus kecil seperti di bawah ini:
Katakanlah kita menerima order untuk 100 unit Produk A. Sistem ERP akan
membantu kita menghitung berapa yang dapat diproduksi berdasarkan segala
keterbatasan sumber daya yang ada pada kita saat ini. Apabila sumber daya
tersebut tidak mencukupi, sistem ERP dapat menghitung berapa lagi sumberdaya
yang diperlukan, sekaligus membantu kita dalam proses pengadaannya. Ketika
hendak mendistribusikan hasil produksi, sistem ERP juga dapat menentukan
cara pemuatan dan pengangkutan yang optimal kepada tujuan yang ditentukan
pelanggan. Dalam proses ini, tentunya segala aspek yang berhubungan dengan
keuangan akan tercatat dalam sistem ERP tersebut termasuk menghitung berapa
biaya produksi dari 100 unit tersebut.
Dapat kita lihat bahwa data atau transaksi yang dicatat pada satu
fungsi/bagian sering digunakan oleh fungsi/bagian yang lain. Misalnya daftar
produk bisa dipakai oleh bagian pembelian, bagian perbekalan, bagian
produksi, bagian gudang, bagian pengangkutan, bagian keuangan dan
sebagainya. Oleh karena itu, unsur 'integrasi' itu sangat penting dan
merupakan tantangan besar bagi vendor vendor sistem ERP.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri dapat dijalankan secara
optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien
seperti biaya inventory (slow moving part, dll.), biaya kerugian akibat
'machine fault' dll. Dinegara-negara maju yang sudah didukung oleh
infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT
(Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar
disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving).
Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan
(service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.
Bagi industri yang memerlukan efisiensi dan komputerisasi dari segi
penjualan, maka ada tambahan bagi konsep ERP yang bernama Sales Force
Automation (SFA). Sistem ini merupakan suatu bagian
penting dari suatu rantai pengadaan (Supply Chain) ERP. Pada dasarnya, Sales
yang dilengkapi dengan SFA dapat bekerja lebih efisien karena semua
informasi mengenai suatu pelanggan atau
produk yang dipasarkan ada di databasenya.
Khusus untuk industri yang bersifat assemble-to-order atau make-to-order
seperti industri pesawat, perkapalan, automobil, truk dan industri berat
lainnya, sistem ERP dapat juga dilengkapi dengan Sales Configuration System
(SCS). Dengan SCS, Sales dapat memberikan penawaran serta proposal yang
dilengkapi dengan gambar, spesifikasi, harga berdasarkan keinginan/pesanan
pelanggan. Misalnya saja seorang calon pelanggan menelpon untuk mendapatkan
tawaran sebuah mobil dengan berbagai kombinasi yang mencakup warna biru,
roda racing, mesin V6 dengan spoiler sport dan lain-lain. Dengan SCS, Sales
dapat menberikan harga mobil dengan kombinasi tersebut pada saat itu juga.
Sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap 'best practice'
proses umum yang paling layak di tiru. Misalnya, bagaimana proses umum
yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok di
gudang dan sebagainya.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka
industri kita juga haurs mengikuti 'best practice process' (proses umum
terbaik) yang berlaku. Disini banyak timbul masalah dan tantangan bagi
industri kita di Indonesia. Tantangannya misalnya, bagaimana merubah proses
kerja kita menjadi sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh sistem
ERP, atau, merubah sistem ERP untuk menyesuaikan proses kerja kita.
Proses penyesuaian itu sering disebut sebagai proses Implementasi. Jika
dalam kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses kerja yang cukup
mendasar, maka perusahaan ini harus melakukan Business Process Reengineering
(BPR) yang dapat memakan waktu berbulan bulan.
Sebagai kesimpulan, sistem ERP adalah paket software yang sangat dibutuhkan
untuk mengelola sebuah industri secara efisien dan produktif. Secara de
facto, sistem ERP harus menyentuh segala aspek sumber daya perusahaan yaitu
dana, manusia, waktu, material dan kapasitas. Untuk lebih meningkatkan kemapuan
Sistem ERP perlu ditambah modul CRM, SRM, PLM dan juga Project Management.
Karena sistem ERP dirancang dengan suatu proses kerja 'best practice',
maka hal ini merupakan tantangan implementor ERP untuk melakukan implementasi
sistem ERP di suatu perusahaan.
Modul-modul Enterprise Resource Planning (ERP) Systems :
1. Item Master Management (IMM)
2. Bill Of Material (BOM)
3. Demand Management (DM)
4. Sales and Order Management (SOM)
5. Master Production Scheduling (MPS)
6. Material Requirements Planning (MRP)
7. Capacity Requirement Planning
8. Inventory Mangement (INV)
9. Shop Floor Control (SFC)
10. Purchasing Management (PUR)
11. General Ledger (GL)
12. Account Payable (AP)
13. Account Receivable (AR)
14. Cost Control (CO)
15. Financial Reporting (FIR)
Study Kasus
Dalam penelitian Ruliansyah(2005) yang berjudul “Sistem Pakar untuk Menentukan Pemberian Kredit Modal Kerja dengan Studi Kasus di Bank X Sumatera Selatan” menyatakan bahwa untuk memutuskan apakah permohonan kredit layak atau tidak layak untuk dikabulkan diperlukan bantuan berupa sistem pakar yang dapat digunakan oleh analis kredit untuk menganalisa dan memutuskan apakah calon
nasabah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengembalikan kredit modal kerja yang diberikan. Pada penelitian ini aspekaspek yang perlu dipertimbangkan adalah karakter, organisasi(perusahaan), produksi perusahaan,pemasaran, sumber daya manusia danpemasaran.Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem pakar untuk menentukan pemberian kredit modal kerja dengan studi kasus di bank X Sumatera Selatan dengan menggunakan mekanisme inferensi backward chaining dan menggunakan Certainly Factor untuk menyelesaikan ketidakpastian pada keputusan.
ANALISIS SKOR KRITERIA
Penilaian kelayakan kredit pada SPK ini akan menggunakan analisa yang dikenal dengan 5 C yaitu Capacity (kemampuan mengangsur),Character (watak peminjam), Capital ( modal yang dimiliki oleh pemohon) , Condition (kondisi ekonomi peminjam) dan Collateral (nilai jaminan yang ditawarkan). 5 C tersebut akan digunakan sebagai kriteria dalam SPK ini.Setiap kriteria tersebut akan memiliki total skor
maksimal 20 dan minimal 0. Total skor maksimal setiap kriteria akan dikalikan bobot kriteria hasil proses AHP. Pemberian skor pada sub kriteria merupakan skor yang berdasarkan hasil konsultasi dengan manajer bagian kredit BPR Argo Dana.kemudian matrik perbandingan berpasangan tersebut
dikuadratkan. Matrik hasil pengkuadratan (tabel2) tersebut kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan bobot. DFD level 1 merupakan menggambarkan aliran data dan detail prosesproses yang terjadi pada
karena penggunaan SPK oleh user, yaitu :
1. Proses Validasi User Id
Validasi user id digunakan untuk mencocokan antara password dan user name yang dimasukan oleh user dengan password dan user name yang tersimpan di dalam table.
2. Proses Pengaturan
Proses pengaturan digunakan oleh user manajer untuk mengatur kriteria, sub kriteria, subsub kriteria beserta skornya
3. Proses AHP
Proses AHP digunakan untuk mendapatkan bobot atas kriteriakriteria
yang digunakan
4. Proses Input Data
Proses input data digunakan oleh user staff bagian kredit untuk memasukan data calon nasabah dan permohonan kreditnya
5. Proses Penilaian
Proses Penilaian digunakan oleh user staff bagian kredit untuk melakukan penilaian atas permohonan kredit yang diajukan calon nasabah berdasarkan ketentuanketentuan skor dan bobot kriteria yang sudah ditetapkan oleh manajer kredit hasil proses pengaturan dan proses AHP
6. Proses Cetak Laporan
Proses cetak laporan digunakan untuk menghasilkan laporan usulan keputusan permohonan kredit oleh SPK Pemberian Kredit pada BPR Argo Dana Semarang HASIL DAN
PEMBAHASAN
Setelah pengimplementasian aplikasi SPK ini, kemudian dilakukan pengujian terhadap sistem. Adapun pengujianpengujian yang dilakukan pada SPK ini menggunakan 10 kasus dengan menggunakan data yang diperoleh dari BPR Argo Dana Semarang.
sumber :
http://www.kiosbisnis.com/2012/11/pengertian-dan-tujuan-rekayasa.html
http://blog.re.or.id/erd-entity-relationship-diagram.htm
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.erpweaver.com%2Findex.php%3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D19%26Itemid%3D27&ei=D-1OUduhOcLlrAfuwYH4AQ&usg=AFQjCNHeQfMzZ1ZXQvBiv7kLyvx6pB6bHg&sig2=C4bFiQ3pFlZ245M7IZAFOg&bvm=bv.44158598,d.bmk
Menurut Wikipedia : Rekayasa perangkat lunak adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi pengembanganan perangkat lunak dan manajemen kualitas.
Menurut IEEE Computer Society : Rekayasa perangkat lunak sebagai penerapan suatu pendekatan yang sistematis, disiplin dan terkuantifikasi atas pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan perangkat lunak, serta studi atas pendekatan-pendekatan ini, yaitu penerapan pendekatan engineering atas perangkat lunak.
Rekayasa Perangkat Lunak adalah pengubahan perangkat lunak itu sendiri guna mengembangkan, memelihara, dan membangun kembali dengan menggunakan prinsip reakayasa untuk menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja lebih efisien dan efektif untuk pengguna.
Tujuan Rekayasa Perangkat Lunak
Secara lebih khusus kita dapat menyatakan tujuan dan Rekaya Perangkat Lunak ini adalah:
Memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah.
Menghasilkan pereangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu
Menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform
Menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah
Kriteria Dalam Merekayasa Perangkat Lunak
Dapat terus dirawat dan dipelihara (maintainability)
Dapat mengikuti perkembangan teknologi (dependability)
Dapat mengikuti keinginan pengguna (robust).
Efektif dan efisien dalam menggunakan energi dan penggunaannya.
Dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan (usability).
Ruang Lingkup Rekayasa Perangkat Lunak
Software Requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak.
Software desain mencakup proses penampilan arsitektur, komponen, antar muka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak.
Software construction berhubungan dengan detail pengembangan perangkat lunak, termasuk. algoritma, pengkodean, pengujian dan pencarian kesalahan.
Software testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak.
Software maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan.
Software configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Software engineering management berkaitan dengan pengelolaan dan pengukuran RPL, termasuk perencanaan proyek perangkat lunak.
Software engineering tools and methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode RPL.
Rekayasa Perangkat Lunak dan Disiplin Ilmu Lain
Cakupan ruang lingkup yang cukup luas, membuat RPL sangat terkait dengan disiplin dengan bidang ilmu lain. tidak saja sub bidang dalam disiplin ilmu komputer namun dengan beberapa disiplin ilmu lain diluar ilmu komputer.
Keterkaitan RPL dengan bidang ilmu lain
Bidang ilmu manajemen meliputi akuntansi, finansial, pemasaran, manajemen operasi, ekonomi, analisis kuantitatif, manajemen sumber daya manusia, kebijakan, dan strategi bisnis.
Bidang ilmu matematika meliputi aljabar linier, kalkulus, peluang, statistik, analisis numerik, dan matematika diskrit.
Bidang ilmu manajemen proyek meliputi semua hal yang berkaitan dengan proyek, seperti ruang lingkup proyek, anggaran, tenaga kerja, kualitas, manajemen resiko dan keandalan, perbaikan kualitas, dan metode-metode kuantitatif.
Modul Enterprise Resource Planning (ERP)
Latar Belakang
Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto adalah aplikasi
yang dapat mendukung transaksi atau operasi sehari-hari yang berhubungan
dengan pengelolaan sumber daya sebuah perusahaan, seperti dana, manusia,
mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas. Sistem ERP dibagi atas beberapa sub-sistem yaitu sistem Financial, sistem Distribusi, sistem Manufaktur, sistem Maintenance dan sistem Human Resource.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ERP dapat membantu sistem operasi bisnis
kita, mari kita perhatikan suatu kasus kecil seperti di bawah ini:
Katakanlah kita menerima order untuk 100 unit Produk A. Sistem ERP akan
membantu kita menghitung berapa yang dapat diproduksi berdasarkan segala
keterbatasan sumber daya yang ada pada kita saat ini. Apabila sumber daya
tersebut tidak mencukupi, sistem ERP dapat menghitung berapa lagi sumberdaya
yang diperlukan, sekaligus membantu kita dalam proses pengadaannya. Ketika
hendak mendistribusikan hasil produksi, sistem ERP juga dapat menentukan
cara pemuatan dan pengangkutan yang optimal kepada tujuan yang ditentukan
pelanggan. Dalam proses ini, tentunya segala aspek yang berhubungan dengan
keuangan akan tercatat dalam sistem ERP tersebut termasuk menghitung berapa
biaya produksi dari 100 unit tersebut.
Dapat kita lihat bahwa data atau transaksi yang dicatat pada satu
fungsi/bagian sering digunakan oleh fungsi/bagian yang lain. Misalnya daftar
produk bisa dipakai oleh bagian pembelian, bagian perbekalan, bagian
produksi, bagian gudang, bagian pengangkutan, bagian keuangan dan
sebagainya. Oleh karena itu, unsur 'integrasi' itu sangat penting dan
merupakan tantangan besar bagi vendor vendor sistem ERP.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri dapat dijalankan secara
optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien
seperti biaya inventory (slow moving part, dll.), biaya kerugian akibat
'machine fault' dll. Dinegara-negara maju yang sudah didukung oleh
infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT
(Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar
disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving).
Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan
(service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.
Bagi industri yang memerlukan efisiensi dan komputerisasi dari segi
penjualan, maka ada tambahan bagi konsep ERP yang bernama Sales Force
Automation (SFA). Sistem ini merupakan suatu bagian
penting dari suatu rantai pengadaan (Supply Chain) ERP. Pada dasarnya, Sales
yang dilengkapi dengan SFA dapat bekerja lebih efisien karena semua
informasi mengenai suatu pelanggan atau
produk yang dipasarkan ada di databasenya.
Khusus untuk industri yang bersifat assemble-to-order atau make-to-order
seperti industri pesawat, perkapalan, automobil, truk dan industri berat
lainnya, sistem ERP dapat juga dilengkapi dengan Sales Configuration System
(SCS). Dengan SCS, Sales dapat memberikan penawaran serta proposal yang
dilengkapi dengan gambar, spesifikasi, harga berdasarkan keinginan/pesanan
pelanggan. Misalnya saja seorang calon pelanggan menelpon untuk mendapatkan
tawaran sebuah mobil dengan berbagai kombinasi yang mencakup warna biru,
roda racing, mesin V6 dengan spoiler sport dan lain-lain. Dengan SCS, Sales
dapat menberikan harga mobil dengan kombinasi tersebut pada saat itu juga.
Sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap 'best practice'
proses umum yang paling layak di tiru. Misalnya, bagaimana proses umum
yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok di
gudang dan sebagainya.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka
industri kita juga haurs mengikuti 'best practice process' (proses umum
terbaik) yang berlaku. Disini banyak timbul masalah dan tantangan bagi
industri kita di Indonesia. Tantangannya misalnya, bagaimana merubah proses
kerja kita menjadi sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh sistem
ERP, atau, merubah sistem ERP untuk menyesuaikan proses kerja kita.
Proses penyesuaian itu sering disebut sebagai proses Implementasi. Jika
dalam kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses kerja yang cukup
mendasar, maka perusahaan ini harus melakukan Business Process Reengineering
(BPR) yang dapat memakan waktu berbulan bulan.
Sebagai kesimpulan, sistem ERP adalah paket software yang sangat dibutuhkan
untuk mengelola sebuah industri secara efisien dan produktif. Secara de
facto, sistem ERP harus menyentuh segala aspek sumber daya perusahaan yaitu
dana, manusia, waktu, material dan kapasitas. Untuk lebih meningkatkan kemapuan
Sistem ERP perlu ditambah modul CRM, SRM, PLM dan juga Project Management.
Karena sistem ERP dirancang dengan suatu proses kerja 'best practice',
maka hal ini merupakan tantangan implementor ERP untuk melakukan implementasi
sistem ERP di suatu perusahaan.
Modul-modul Enterprise Resource Planning (ERP) Systems :
1. Item Master Management (IMM)
2. Bill Of Material (BOM)
3. Demand Management (DM)
4. Sales and Order Management (SOM)
5. Master Production Scheduling (MPS)
6. Material Requirements Planning (MRP)
7. Capacity Requirement Planning
8. Inventory Mangement (INV)
9. Shop Floor Control (SFC)
10. Purchasing Management (PUR)
11. General Ledger (GL)
12. Account Payable (AP)
13. Account Receivable (AR)
14. Cost Control (CO)
15. Financial Reporting (FIR)
Study Kasus
Dalam penelitian Ruliansyah(2005) yang berjudul “Sistem Pakar untuk Menentukan Pemberian Kredit Modal Kerja dengan Studi Kasus di Bank X Sumatera Selatan” menyatakan bahwa untuk memutuskan apakah permohonan kredit layak atau tidak layak untuk dikabulkan diperlukan bantuan berupa sistem pakar yang dapat digunakan oleh analis kredit untuk menganalisa dan memutuskan apakah calon
nasabah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengembalikan kredit modal kerja yang diberikan. Pada penelitian ini aspekaspek yang perlu dipertimbangkan adalah karakter, organisasi(perusahaan), produksi perusahaan,pemasaran, sumber daya manusia danpemasaran.Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem pakar untuk menentukan pemberian kredit modal kerja dengan studi kasus di bank X Sumatera Selatan dengan menggunakan mekanisme inferensi backward chaining dan menggunakan Certainly Factor untuk menyelesaikan ketidakpastian pada keputusan.
ANALISIS SKOR KRITERIA
Penilaian kelayakan kredit pada SPK ini akan menggunakan analisa yang dikenal dengan 5 C yaitu Capacity (kemampuan mengangsur),Character (watak peminjam), Capital ( modal yang dimiliki oleh pemohon) , Condition (kondisi ekonomi peminjam) dan Collateral (nilai jaminan yang ditawarkan). 5 C tersebut akan digunakan sebagai kriteria dalam SPK ini.Setiap kriteria tersebut akan memiliki total skor
maksimal 20 dan minimal 0. Total skor maksimal setiap kriteria akan dikalikan bobot kriteria hasil proses AHP. Pemberian skor pada sub kriteria merupakan skor yang berdasarkan hasil konsultasi dengan manajer bagian kredit BPR Argo Dana.kemudian matrik perbandingan berpasangan tersebut
dikuadratkan. Matrik hasil pengkuadratan (tabel2) tersebut kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan bobot. DFD level 1 merupakan menggambarkan aliran data dan detail prosesproses yang terjadi pada
karena penggunaan SPK oleh user, yaitu :
1. Proses Validasi User Id
Validasi user id digunakan untuk mencocokan antara password dan user name yang dimasukan oleh user dengan password dan user name yang tersimpan di dalam table.
2. Proses Pengaturan
Proses pengaturan digunakan oleh user manajer untuk mengatur kriteria, sub kriteria, subsub kriteria beserta skornya
3. Proses AHP
Proses AHP digunakan untuk mendapatkan bobot atas kriteriakriteria
yang digunakan
4. Proses Input Data
Proses input data digunakan oleh user staff bagian kredit untuk memasukan data calon nasabah dan permohonan kreditnya
5. Proses Penilaian
Proses Penilaian digunakan oleh user staff bagian kredit untuk melakukan penilaian atas permohonan kredit yang diajukan calon nasabah berdasarkan ketentuanketentuan skor dan bobot kriteria yang sudah ditetapkan oleh manajer kredit hasil proses pengaturan dan proses AHP
6. Proses Cetak Laporan
Proses cetak laporan digunakan untuk menghasilkan laporan usulan keputusan permohonan kredit oleh SPK Pemberian Kredit pada BPR Argo Dana Semarang HASIL DAN
PEMBAHASAN
Setelah pengimplementasian aplikasi SPK ini, kemudian dilakukan pengujian terhadap sistem. Adapun pengujianpengujian yang dilakukan pada SPK ini menggunakan 10 kasus dengan menggunakan data yang diperoleh dari BPR Argo Dana Semarang.
sumber :
http://www.kiosbisnis.com/2012/11/pengertian-dan-tujuan-rekayasa.html
http://blog.re.or.id/erd-entity-relationship-diagram.htm
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.erpweaver.com%2Findex.php%3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D19%26Itemid%3D27&ei=D-1OUduhOcLlrAfuwYH4AQ&usg=AFQjCNHeQfMzZ1ZXQvBiv7kLyvx6pB6bHg&sig2=C4bFiQ3pFlZ245M7IZAFOg&bvm=bv.44158598,d.bmk
Post a Comment